PEMERIKSAAN SPESIMEN DARAH
Oleh:
I Putu Gede Widhiadnyana
Pemeriksaan
darah terbagi atas beberapa bagian, yakni pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan
fungsi hati, ginjal, jantung, pemeriksaan kolesterol, dan gula darah.
1. PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
a.
Hemoglobin
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan
salah satu dari sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak.
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke
paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk
didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.
Orang-orang yang tidak pernah atau
jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral, ibu hamil, orang yang mengalami
perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis atau penyakit kronis seperti
TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan lainnya, bias saja terjadi
penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh pun menjadi
lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.
b. Eritrosit
Eritrosit
atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan komposisi
terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat metabolisme
makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2 (oksigen)
dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah
merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan melampirkan
nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.
MC
(mean cospuscular) adalah jenis
pemeriksaan untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya
dijadikan indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk
mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada
eritrosit dalam darah. Adapun MCHC atau mean
cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur indeks saturasi
eritrosit dalam darah.
Sekali
lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia yang diderita
seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk atau wajah sel
darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sel
darah merah.
c.
Leukosit
Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya
tidak berwarna alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur
darah seperti basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis, biasa
muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang berat, terkena
infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka
bakar yang luas.
Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bias
mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit
terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini
juga akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu
sumber penyakit. Jika memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri
misalnya leukemia, dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan
kadar leukosit.
Ada juga yang disebut leukopeni. Kondisi ini terjadi karena
kadar leukosit anda kurang dari normal. Leukopeni biasanya timbul akibat
mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan
benzene, urethane, dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga
faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada
system kekebalan tubuh. Tubuh akanlebih mudah terkena berbagai penyakit
infeksi.
d. Hematokrit
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan
antara proporsi volume sampel darah Anda dengan sel darah merah merah
(eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah
keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam persen. Jading pengukuran ini bias
dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi presentasenya berarti
semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin,
kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.
e.
Trombosit
Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah
atau DBD. Pada penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah
secara signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan
pada kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.
Tidak semua
trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga
bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit
seseorang memang sangat rendah.
Trombosit
yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah. Oleh karena itu,
pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya
titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan otak.
Trombosit
yang meninggi sering terjadi pada leukemia (kanker sel darah putih),
polisitemia vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi), penyebaran tumor
ganas, penyakit-penyakit vaskuler seperti lupus (gangguan system imun atau
kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan, dan pada orang yang
baru berhenti mengkonsumsi alkohol.
f.
Laju Endap Darah (LED)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah
dalam membentuk endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung
pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju
endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah
merah bisa mengendap dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.
Laju endap darah mungkin akan meninggi dalam satu jam
apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilan. Laju endap darah juga
akan meningkat jika menderita infeksi kronis atau kasus-kasus dimana peradangan
menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik. Adanya tumor, keracunan logam,
radang ginjal maupun lever juga kadang memberikan nilai yang tinggi untuk laju
endap darah.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel
darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah
merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan
pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi
sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah
keseluruhan.
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi
adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.
g. Hitung Jenis
Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit,
trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit
basofil, eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil
segmen), monosit dan limfosit. Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit
tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada pada
neutrofil segmen dan limfosit, sementara persentase terendah ada pada
eosinofil, basofil, dan monosit. Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi,
misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan
perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit dan monosit lebih tinggi
yaitu pada penyakit hati dan anemia kronis.
h. Golongan Darah
Pengujian golongan darah penting dilakukan terutama apabila
dalam keadaan terdesak yang mengharuskan mendapat tranfusi darah.
2. PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Sebagai organ tubuh yang memiliki
banyak fungsi penting, seperti menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan
merombak nutrisi menjadi energi. Dalam pemeriksaan fungsi hati, ada beberapa
parameter yang harus diperhatikan, antara lain:
a.
SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium
sering juga memakai istilah AST (aspartate
aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati,
melainkan juga terdapat di otot jantung, otak, ginjal, dan otot-otot rangka.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan
rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik,
radang pancreas, malaria, infeksi lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada
saluran empedu, kerusakan otot jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi
obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan
bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3
kali lebih besar dari nilai normalnya.
b. SGPT
SGPT adalah singkatan dari serum glutamic pyruvic transaminase, sering juga disebut dengan
istilah ALT (alanin aminotansferase).
SGPT dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati dibandingkan
SGOT. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan hepatitis. Sama halnya
dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil pemeriksaan anda 2-3
kali lebih besar dari nilai normal.
c.
Bilirubin
Pada pemeriksaan rutin, biasanya yang diperiksa adalah
bilirubin total dan bilirubin direk. Adajuga istilah bilirubin indirek yaitu
selisih bilirubin total dengan bilirubin direk. Bilirubin merupakan suatu
pigmen atau zat warna yang berwarna kuning, hasil metabolisme dari penguraian
hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Pada penyakit hati yang menahun (kronis), dapat terjadi
peningkatan kadar bilirubin total yang tentunya juga diiringi peningkatan
bilirubin indirek atau bilirubin direk. Peningkatan ini berhubungan dengan
peningkatan produksi bilirubin atau akibat adanya penyumbatan pada kandung
empedu sebagai orgam tubuh yang menyalurkan bilirubin ke dalam usus. Akibat
penumpukan bilirubin ini, wajah, badan dan urin akan berwarna kuning.
d. Gamma GT
Gamma GT (glutamil
tranferase) merupakan enzim hati yang sangat peka terhadap penyakit
hepatitis dan alkoholik. Kadarnya yang tinggi bisa bertahan beberapa lama pasca
penyembuhan hepatitis.
e.
Alkali Fosfatase
Fosfatase alkali merupakan enzim hati yang dapat masuk ke
saluran empedu. Kandung empedu terletak persis di bawah hati atau lever.
Meningkatnya kadar fosfatase alkali terjadi apabila ada hambatan pada saluran
empedu. Hambatan pada saluran empedu dapat disebabkan adanya batu empedu atau
penyempitan pada saluran empedu.
f.
Cholinesterase
Umunya kadar cholinesterase menurun pada kerusakan parenkim
hati seperti hepatitis kronis dan adanya lemak dalam hati. Pemeriksaan ini
sering dipakai sebagai pemeriksaan tunggal pada pasien yang mengalami keracunan
hati akibat obat-obatan (termasuk keracunan insektisida).
g. Protein Total (rasio albumin/globulin)
Protein dalam darah yang penting terdiri dari protein
albumin dan globulin. Albumin sepenuhnya diproduksi di hati, sedangkan globulin
hanya sebagian yang diproduksi di hati, sisanya diproduksi oleh system
kekebalan dalam tubuh. Albumin dan globulin merupakan suatu zat yang sangat
berguna dalam sistem kekebalan tubuh. Perubahan kadar keduanya bisa menunjukkan
adanya gangguan pada organ hati atau juga bisa pada organ tubuh lainnya
misalnya ginjal.
Pada pemeriksaan laboratorium, penting untuk menilai kadar
protein total, kadar globulin dan kadar albumin. Pada penyakit-penyakit hati,
kadar protein bisa meninggi dan bisa juga menurun. Begitu pula kadar albumin
dan globulin. Sebagai contoh, jika terjadi infeksi pada hati yang baru
diketahui kira-kira dalam tiga bulan terakhir, dapat terjadi peningkatan kadar
globulin dan penurunan kadar albumin.
3. PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL
Ginjal
memiliki banyak fungsi, misalnya untuk membersihkan darah dan mengatur
keseimbangan cairan. Oleh karen itu, pemeriksaan ginjal terutama pada klien
yang mengalami nyeri pinggang dan sakit saat buang air kecil, wajib dilakukan.
Pemeriksaan fungsi ginjal mencakup beberapa parameter sebagai berikut:
a.
Ureum
Ureum merupakan produk sisa metabolisme (pembakaran)
protein. Dalam keadaan normal, kadar ureum darah selalu konstan. Jika terjadi
produksi yang berlebihan, misalnya makanan yang kita konsumsi terlalu tinggi
kadar proteinnya maka ginjal akan berupaya keras mengeluarkannya dari dalam
tubuh. Namun, apabila terjadi kerusakan pada ginjal maka akan terjadi
penumpukan ureum di dalam darah. Ginjal lantas tidak mampu membuang ureum
tersebut sehingga kadarnya semakin tinggi. Keadaan lain seperti terjadinya
dehidrasi (kekurangan cairan tubuh akibat diare, keringat berlebih, dan kurang
minum) juga akan menyebabkan tingginya kadar ureum dalam darah. Jika kadar
ureum sangat tinggi dalam darah maka akan dapat menyebabkan koma.
b. Creatinin
Creatinin juga merupakan zat sisa metabolisme protein. Jika
kadar kreatinin dalam darah berada dalam keadaan berlebih maka kelebihan
tersebut akan selalu dibuang melalui ginjal. Namun, apabila terjadi kerusakan
pada saringan ginjal maka akan beresiko terjadinya penumpukan kadar creatinin
dalam darah yang tidak bisa dibuang di dalam darah oleh ginjal. Seperti halnya
ureum, kemampuan ginjal mengeluarkan creatinin juga merupakan penilaian
terhadap fungsi ginjal. Pada beberapa penyakit seperti batu ginjal atau infeksi
ginjal, bisa ditemui peninggian kadar creatini darah.
c.
Asam Urat
Asam urat juga merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi ginjal. Orang banyak berasumsi bahwa asam urat dikaitkan
dengan lutut atau tumit yang sakit dan badan terasa pegal-pegal.
Asam urat yang meninggi bisa terdapat pada anda yang terlalu
banyak mengkonsumsi jeroan, kepiting, melinjo, kacang tanah, bayam, kol, dan
lain-lain. Faktor keturunan, mengkonsumsi alkohol berlebihan, kegemukan, dan
penyakit darah tinggi yang berat juga meningkatkan resiko terjadinya
peningkatan kadar asam urat.
4. PEMERIKSAAN FUNGSI JANTUNG
Pemeriksaan jantung biasanya
dilakukan untuk mengukur LDH dan CPK (CK).
a.
LDH
LDH atau lactate
dehydrogenase adalah suatu enzim yang terdapat di jantung, berfungsi untuk
mengubah zat makanan yang disuplai dari darah menjadi energi.
b. CPK atau CK
CPK (creatin
phosphokinase) atau CK (creatin
kinase) adalah enzim yang sebenarnya tidak hanya terdapat dalam otot-otot
jantung, melainkan juga terdapat dalam otak, otot-otot polos seperti usus, dan
otot-otot rangka. Enzi mini akan meningkat dalam keadaan tertentu, misalnya
jika terjadi penyumbatan pembuluh darah jantung, dan adanya kelainan pada otot
jantung. Namun, enzim ini juga akan meningkat dalam kapasitas ringan maupun
sedang setelah melakukan olahraga berat, setelah operasi, pasca-kecelakaan,
adanya kelainan pada paru (seperti penimbunan cairan dalam paru), dan
hipotiroidisme (rendahnya kadar hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid).
5. PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH
Pemeriksaan kadar kolesterol mutlak
dilakukan terutama pada orang yang gemar menyantap makanan siap saji, memiliki
berat badan berlebih, dan seorang perokok. Dalam pemeriksaan kolesterol, ada 4
jenis yang sering diperiksa, yakni kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol
LDL, dan trigliserida.
a.
Kolesterol Total dan HDL
HDL merupakan jenis kolesterol yang berfungsi membawa
seluruh kolesterol ke pabrik pengolahannya yaitu hati. HDL juga berfungsi
membawa kolesterol yang telah diolah untuk didistribusikan ke otak, jantung,
dan seluruh organ tubuh yang lain. Oleh karena itu, HDL dikatakan sebagai
kolesterol baik. Jika kadar HDL rendah maka akan banyak kolesterol yang menempel
pada pembuluh darah. Kejadian ini adalah cikal bakal terjadinya tekanan darah
tinggi karena banyak penyumbatan pada pembuluh darah.
b. Kolesterol HDL
LDL merupakan kolesterol yang dapat menyebabkan terjadinya
penimbunan plak di dalam saluran pembuluh darah. LDL mempunyai tugas yang
berlawanan dengan HDL. Jika kadar LDL meningkat maka diperkirakan banyak
kolesterol yang berasal dari makanan yang tidak terangkut ke hati. Hal ini
disebabkan ulah LDL yang menahan kolesterol.
c.
Kolesterol Trigliserida
Ini adalah kolesterol yang mengikat trigliserida. Kadarnya
yang tinggi menunjukkan banyak kolesterol jenis trigliserida di dalam darah.
Ketiga
kolesterol ini sering dinyatakan sebagai Kolesterol Total.
6. PEMERIKSAAN GULA DARAH
Pemeriksaan gula darah rutin
dilakukan pada setiap medical check-up.
a.
Gula Darah Puasa
Seperti namanya, pemeriksaan ini memang untuk mengukur
berapa kadar gula darah sewaktu berpuasa. Biasanya klien harus puasa selama ±10
jam sebelum pemeriksaan. Dimulai pada pukul 10 malam dan dilakukan pemeriksaan
pada pukul 8 pagi keesokan harinya. Gula darah yang rendah atau sangat tinggi
akan membuat tubuh menjadi lemas, keluar keringat dingin, dan kesemutan.
b. Gula Darah 2 Jam Post Pradial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek kadar gula darah 2
jam setelah makan. Jadi sewaktu klien diperiksa gula darah puasa pada pukul 8
pagi maka klien diharuskan mengkonsumsi makanan secara biasa. Tepat dua jam
sesudahnya yakni pukul 10 pagi, gula darah klien kembali diperiksa. Hasilnya
akan menunjukkan berapa kenaikan gula darah klien yang sebenarnya ketika
selesai makan.
c.
Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan ini biasanya hanya diperiksa sewaktu-waktu.
Tidak ada pemeriksaan khusus.
d. HbA1c
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai pengendalian
metabolisme (pengolahan) gula darah pada penderita penyakit gula darah. HbA1c
termasuk jenis hemoglobin yang jumlahnya mencapai 4-6% dari semua jenis
hemoglobin yang ada.
Pemeriksaan
HbA1c lebih menggambarkan berapa pengendalian kadar gula darah klien dalam 3-4
bulan terakhir. Seperti pada umumnya hemoglobin, HbA1c ini terikat di dalam sel
darah merah (eritrosit) selama umur eritrosit itu, yakni sekitar 120 hari.
7. PEMERIKSAAN ELEKTROLIT DARAH
Pemeriksaan elektrolit darah pada
dasarnya merupakan pemeriksaan kadar kandungan garam dan mineral dalam darah,
seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan klorida. Fungsi pemeriksaan
ini adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada salah satu organ tubuh,
seperti ginjal dan jantung, tulang, serta sebagai penanda kanker.
a.
Natrium
Natrium sering dijadikan salah satu indicator gangguan pada
jantung, ginjal, dan penyakit gondok. Beberapa diagnosis penyakit seperti
gangguan ginjal disertai pembengkakan pada kaki dan atau seluruh badan,
pembengkakan jantung, pembengkakan pada perut yang berisi cairan, diare yang
berkepanjangan, olahraga dengan keringat berlebihan, dan luka bakar biasanya
menunjukkan adanya penurunan natrium. Penurunan natrium juga sering menyebabkan
menjadi mual dan muntah, sakit kepala, dan bahkan kejang dan koma. Adapun
peningkatan kadar natrium bisa mengakibatkan lemah otot, kejang, dan juga bisa
mengakibatkan koma.
b. Kalium
Seperti halnya natrium, kalium juga merupakan indikator
adanya gangguan pada metabolisme cairan tubuh, terutama melibatkan jantung dan
ginjal. Kadar kalium bisa menurun pada orang-orang yang menderita diabetes
mellitus (kencing manis), diare yang berkepanjangan, muntah-muntah, dan pada
penyakit ginjal. Kadar kalium dapat meninggi pada klien dengan luka bakar,
setelah tranfusi darah, dan setelah operasi pembedahan.
c.
Kalsium
Kadar kalsium tidak hanya identik dengan pemeriksaan
kekuatan tulang. Kalsium juga terdapat dalam darah sehingga pemeriksaan kadar
kalsium juga berfungsi untuk menilai kemampuan fungsi ginjal, kelenjar
paratiroid, dan lain-lain. Pada beberapa kasus, seperti adanya kanker serta
penggunaan vitamin A dan D secara berlebihan, dapat ditemukan adanya kadar
kalsium darah. Sebaliknya penurunan kadar kalsium bisa dijumpai pada
kasus-kasus seperti nyeri otot kronis.
d. Magnesium
Magnesium terdapat di dalam tulang dan otot. Kadarnya bisa
meninggi pada pasien dengan kelainan irama jantung atau gagal ginjal. Orang
yang sering mengkonsumsi alcohol biasanya mengalami penurunan kadar magnesium.
Begitu pula halnya pada kasus-kasus malnutrisi atau kekurangan gizi.
e.
Klorida
Walaupun jarang diperhitungkan, kadar klorida tetaplah
penting untuk diperiksa. Klorida lebih dikaitkan dengan mineral yang menjaga
keseimbangan cairan tubuh.
Kadarnya bisa meninggi jika klien mengalami dehidrasi atau
kehilangan cairan tubuh berlebihan. Namun, pada kehamilan, usia lanjut, dan
adanya defisiensi vitamin serta zat besi, sering ditemukan adanya penurunan
kadar klorida.